Minggu, 16 Maret 2014

Sejarah Fisioterapi

Bapak Kedokteran, Hipokrates, yang kemudian dilanjutkan oleh Galenus diyakini sebagai orang pertama yang melakukan praktik fisioterapi dengan teknik pijat (massage), teknik manual, dan hidroterapi untuk mengobati pasien pada tahun 460 SM. Setelah adanya pengembangan ortopedi pada abad ke-18, alat-alat mesin seperti gimnasticon dikembangkan untuk terapi encok dan dan keluhan sejenis lainnya melalui pemberian latihan secara teratur pada sendi-sendi yang mengalami gangguan.

Dokumen asli yang pertama ditemukan tentang praktik fisioterapi profesional berasal dari Per Henrik Ling, “Bapak Gimnastik Swedia” , yang mendirikan RCIG (Royal Central Institut of Gimnastic) pada tahun 1813 untuk terapi massage (pijat), manipulasi dan exercise (latihan). Panggilan yang digunakan orang Swedia untuk fisioterapis pada saat itu adalah “sjukgymnast” = “sick-gymnast” orang yang menggunakan gimnastik pada orang sakit. Pada tahun 1887 fisioterapi memperoleh pengakuan secara resmi (official registration) oleh Sweden’s National Board of Health and Welfare.

Setelah itu negara lainnya menyusul. Pada tahun 1894 empat orang perawat di Britania Raya membentuk Chartered Society of Physiotherapy. Lalu disusul pembentukan pendidikan fisioterapi di Universitas Otago New Zealand pada tahun 1913, dan United State Reed College di Portland, Oregon pada tahun 1914 dengan lulusan sebagai “reconstruction aides” (asisten rehab).

Fisioterapi modern berkembang menjelang akhir abad ke-19 karena peristiwa yang berdampak global, yang memberikan kemajuan pesat bagi fisioterapi. Segera setelah ahli bedah ortopedi Amerika mulai menangani anak-anak cacat dan mulai mempekerjakan perempuan yang dilatih dalam edukasi, pijat, dan exercise untuk pemulihan. Penanganan ini diterapkan dan dipromosikan lebih lanjut selama wabah Polio 1916. Selama Perang Dunia Pertama perempuan direkrut untuk bekerja dalam pengembalian fungsi fisik tentara yang terluka, dan bidang fisioterapi mulai dilembagakan. Pada tahun 1918 istilah "Reconstruction Aide" digunakan untuk merujuk kepada individu yang melakukan praktek fisioterapi. Sekolah pertama fisioterapi didirikan di Rumah Sakit Angkatan Darat Walter Reed di Washington, DC, menyusul pecahnya Perang Dunia I.

Penelitian (riset) juga meningkatkan perkembangan fisioterapi. Penelitian pertama tentang fisioterapi dipublikasikan di Amerika Serikat pada bulan Maret 1921 dalam The PT Review. Di tahun yang sama, Mary Mcmillan mendirikan organisasi Physical Therapy Association (sekarang menjadi APTA; American Physical Therapy Association). Pada tahun 1942, Georgia Warm Spring Foundation mendukung perkembangan fisioterapi dengan menganjurkan fisioterapi sebagai terapi untuk penderita polio.

Penanganan fisioterapi yang dilakukan sepanjang dekade 1940-an baru berkisar pada terapi latihan, massage, dan traction. Teknik-teknik manipulasi pada punggung/tulang belakang dan sendi-sendi ekstremitas (alat gerak) mulai dipraktikkan di negara-negara Persemakmuran Inggris pada awal dekade 1950an. Beberapa tahun setelah itu fisioterapis mulai merambah dari hanya sekadar bertugas di rumah sakit ke tempat-tempat lain seperti klinik ortopedi, sekolah-sekolah, universitas, pusat geriatric, pusat rehabilitasi, dan pusat-pusat pengobatan lainnya.

Spesialisasi fisioterapi diawali di Amerika Serikat pada tahun 1974, dengan dibentuknya Bidang Ortopedi APTA yang mengembangkan spesialis ortopedi. Di tahun yang sama, International Federation of Orthopaedic Manipulative Therapy dibentuk. Federasi inilah yang memainkan perananan penting dalam memperkenalkan manual terapi ke seluruh dunia.


Referensi : Wikipedia.org

Sabtu, 15 Maret 2014

Peran Fisioterapi

Fisioterapis adalah profesi kesehatan yang mendiagnosis dan menangani individu di segala usia, mulai dari bayi yang baru lahir hingga lansia, yang memiliki masalah kesehatan atau kondisi yang berhubungan kesehatan lainnya yang membatasi kemampuan bergerak dan melakukan kegiatan fungsional dalam kehidupan sehari-hari.

Fisioterapis melakukan pemeriksaan pada individu dan menyusun rencana penanganan menggunakan teknik intervensi untuk meningkatkan kemampuan gerak, mengurangi rasa sakit, mengembalikan fungsi, dan mencegah kecacatan. Selain itu, fisioterapis bekerja dengan individu untuk mencegah hilangnya mobilitas sebelum terjadi dengan mengembangkan program kesehatan dan kebugaran untuk gaya hidup yang lebih sehat dan lebih aktif.

Fisioterapis memberikan pelayanan bagi masyarakat di berbagai tempat, seperti rumah sakit, praktek swasta, klinik rawat jalan, lembaga kesehatan rumah, sekolah, fasilitas olahraga dan kebugaran, tempat kerja, dan panti jompo. 

Profesi Fisioterapi

Fisioterapi adalah profesi yang dinamis dengan dasar teoritis dan ilmiah yang terus berkembang dan aplikasi klinis yang luas dalam pemulihan, pemeliharaan, dan peningkatan fungsi fisik yang optimal. Untuk lebih dari 750.000 orang setiap hari di Amerika Serikat, fisioterapis:
  • Mendiagnosis dan menangani gangguan fungsi gerak dan meningkatkan kemampuan fisik dan fungsional.   
  • Memulihkan, memelihara, dan meningkatkan tidak hanya fungsi fisik yang optimal tetapi kesehatan, kebugaran dan kualitas hidup yang optimal yang berkaitan dengan gerak dan kesehatan.
  • Mencegah terjadinya, gejala, dan progres kelemahan, keterbatasan fungsional, dan kecacatan yang mungkin timbul dari penyakit, kelainan, kondisi sakit, atau cedera.

Sebagai bagian yang penting dalam sistem pelayanan kesehatan, fisioterapis memegang peran kepemimpinan dalam rehabilitasi; dalam pencegahan, pemeliharaan kesehatan, dan program-program yang meningkatkan kesehatan dan kebugaran; dan dalam organisasi profesi dan masyarakat. Fisioterapis juga memainkan peran penting baik dalam mengembangkan standar untuk praktek fisioterapis dan dalam mengembangkan kebijakan pelayanan kesehatan untuk memastikan ketersediaan, aksesibilitas, dan pelayanan kesehatan yang diberikan secara optimal. Layanan fisioterapi ditanggung oleh asuransi baik swasta maupun negara.

Layanan Fisioterapis memiliki manfaat positif terhadap kualitas hidup yang berhubungan dengan kesehatan. Sebagai klinisi, fisioterapis melakukan proses pemeriksaan yang meliputi:
  • Memperoleh riwayat keluhan pasien/klien, melaksanakan kajian sistematis, dan melakukan tes dan langkah-langkah untuk mengidentifikasi masalah potensial yang ada
  • Untuk menetapkan diagnosa, prognosa, dan rencana penanganan, fisioterapis melakukan evaluasi, analisis data pemeriksaan dan menentukan apakah masalah yang ditangani adalah dalam lingkup praktik fisioterapi atau tidak.

Berdasarkan penilaiannya mengenai diagnosa dan prognosa dan berdasarkan tujuan pasien/klien, fisioterapis:
  • Memberikan intervensi (interaksi dan prosedur yang digunakan dalam menagani dan mengarahkan pasien/klien)
  • Melakukan pemeriksaan ulang
  • Memodifikasi intervensi jika diperlukan untuk mencapai tujuan dan hasil yang diharapkan, 
  • Mengembangkan dan melaksanakan rencana pemberhentian tindakan.        

Sumber: APTA 

Jumat, 14 Maret 2014

Praktik Berbasis Bukti

Praktik berbasis bukti (Evidence Based Practice atau EBP) adalah sebuah pendekatan dalam pelayanan kesehatan di mana profesi kesehatan menggunakan bukti terbaik yang tersedia yang bersumber dari penelitian yang sistematis, kemudian mengintegrasikannya dengan keahlian klinis untuk membuat keputusan klinis bagi pasien. Praktik berbasis bukti menilai, meningkatkan dan membangun keahlian klinis, pengetahuan tentang mekanisme penyakit, dan patofisiologi. Hal tersebut melibatkan pengambilan keputusan yang kompleks dan teliti, tidak hanya berdasarkan pada bukti yang ada tetapi juga pada karakteristik pasien, situasi, dan preferensi. Praktik berbasis bukti menganggap bahwa layanan kesehatan bersifat perorangan dan terus berubah serta melibatkan ketidakpastian dan probabilitas.

WCPT meyakini bahwa fisioterapis bertanggung jawab untuk menggunakan bukti dalam menginformasikan praktik dan menjamin bahwa penatalaksanaan pasien/klien, wali dan masyarakat berdasarkan bukti-bukti terbaik yang ada. Fisioterapis juga memiliki tanggung jawab untuk tidak menggunakan teknik dan teknologi yang telah terbukti tidak efektif atau tidak aman.

Bukti harus dipadukan dengan pengalaman klinis, dipertimbangkan dengan penuh keyakinan, nilai-nilai dan konteks budaya lingkungan setempat, serta preferensi pasien/klien. Praktik berbasis bukti lebih mudah dicapai dalam lingkungan yang menganut dan mendukungnya.

WCPT mendorong organisasi anggotanya untuk:
  • Bekerja sama dengan pengelola dan organisasi dalam penyediaan kesempatan belajar dan fasilitas, sumber daya, serta struktur yang mendukung untuk menjamin tersedianya layanan fisioterapi berkualitas tinggi.   
  • Memastikan fisioterapis mampu mengevaluasi praktik secara kritis, termasuk mampu mengidentifikasi pertanyaan yang muncul dalam praktik, mengakses dan secara kritis menilai bukti terbaik yang ada, serta melaksanakan dan mengevaluasi hasil dari tindakan nya.
  • Memfasilitasi tersedianya kegiatan belajar seumur hidup yang relevan, yang penting bagi praktik fisioterapi berbasis bukti, yang harus diperkenalkan dalam program pendidikan fisioterapi dasar dan harus diperpanjang melalui kesempatan pengembangan profesi berkelanjutan
  • Meningkatkan kolaborasi dalam profesi dan dengan profesi lain atau disiplin ilmu lain pada tingkat lokal, nasional dan internasional untuk memfasilitasi pengembangan informasi, saling berbagi dan pengimplementasian nya
  • Mengembangkan kemitraan dan kolaborasi pada proyek-proyek yang relevan dengan praktik berbasis bukti     
  • Mendesak pemerintah dan lembaga swadaya masyarakat untuk memfasilitasi dan mempromosikan layanan kesehatan berbasis bukti (misalnya melalui penyediaan sumber daya yang tepat seperti komputer, akses internet, database on-line, perpustakaan, dan pelatihan dalam keterampilan praktik berbasis)

Sumber: WCPT  

Kamis, 13 Maret 2014

Ikatan Fisioterapi Indonesia (IFI)

Ikatan Fisioterapi  Indonesia (IFI) merupakan organisasi profesi Fisioterapi nasional yang beranggotakan lebih dari 5000 Fisioterapis Indonesia, 5 perhimpunan dan beberapa peminatan serta memiliki kepengurusan Wilayah di 33 provinsi di Indonesia serta kepengurusan cabang  di setiap kabupaten/kota,.

IFI berkomitmen dalam mengembangkan fisioterapi dan perannya dalam meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Indonesia yang merata dan berkeadilan, mudah di akses serta profesional

Untuk hal tersebut organisasi menerapkan standar pendidikan profesi,  pelayanan dalam praktek dan penelitian.

Ikatan Fisioterapi Indonesia atau dalam bahasa inggris disebut Indonesian  Physiotherapy Assosiation merupakan Badan tertinggi yang mewakili kepentingan  Fisioterapis Indonesia dan pasien-pasien mereka.

IFI berkonsentrasi terhadap pengembangan fisioterapi Indonesia yang berkelanjutan, melalui pembentukan jenjang pendidikan professional menuju profesi fisioterapi yang mandiri. IFI berkomitmen untuk menciptakan situasi yang kondusif guna terpenuhinya lapangan pekerjaan bagi lulusan pendidikan fisioterapi, dan memfasilitasi tercipta nya layanan-layanan fisioterapi mandiri.

IFI menetapkan standar profesi dan etika bagi para anggotanya, dengan mengeluarkan surat tanda registrasi serta surat ijin praktik fisioterapi melalui ujian kompetensi yang dilaksanakan berkala. IFI menetapkan standar layanan yang setara guna menjaga profesionalitas dan melindungi hak-hak pengguna layanan fisioterapi.

IFI merupakan anggota dari World Confederation for Physical Therapy (WCPT).

SEJARAH IFI

Ikatan Fisioterapi Indonesia berdiri pada tanggal 10 Juni 1968,  dideklarasikan di Solo dengan nama IKATAN FISIOTERAPI INDONESIA (IKAFI). Atas keinginan anggota dan dorongan Prof. Dr. Soeharso (Supervisor RC pada masa itu) untuk kemajuan profesi dan  kesetaraan dengan profesi Fisioterapi di dunia  pengurus IKAFI pertama di bentuk ( 1968-1970) dengan ketua umum  Albert Siahaan , MNZP dengan DCAFI (cabang) untuk wilayah : Jakarta, Bandung, Solo, Surabaya, Semarang.  Pada periode ini IKAFI di terima sebagai Temporary Member of WCPT yang merupakan wadah organisasi profesi Fisioterapi dunia yang bermarkas di London Inggris.

Karena kebutuhan masyarakat Indonesia pada waktu itu, profesi fisioterapi didorong  untuk bekerja dalam pemulihan kesehatan pasien yang non infeksi, fraktur, dislokasi dan penyakit degeneratif yang dalam bekerja  mendapatkan ikatan dinas dan ditempatkan, sesuai dengan kebutuhan Departemen Kesehatan.

Kongress IKAFI pertama di selenggarakan di Jakarta pada tahun 1970 dan di buka atas nama Menteri Kesehatan RI dengan menghasilkan Kepengurusan dan program kerja sampai periode 1974. Ikatan Fisioterapi Indonesia  (IKAF) berubah namanya Menjadi Ikatan Fisioterapi Indonesia yang disingkat IFI pada tahun 1996 berdasarkan ketetapan Kongres VII Makasar pada 1996

Ketua Umum terpilih untuk masing- masing periode antara lain, Albert Siahaan , MNZP , Drs. Suhardi, SMPh, Drs, J.Hardjono,MARS, Drs. Soenardjo, Drs.Heri Priatna, Drs. Slamet Soemarno,SMPh dan Ali Imron, M.Fis.

Peran serta aktif organisasi profesi dan kerjasama  pada perkembangan fisioterapi dunia di mulai dengan keikutsertaan delegasi   pada congress WCPT di Amsterdam pada tahun 1970,  di Montreal kanada pada tahun 1974, Sampai pada WCPT Congress di London pada tahun 2011.

Di wilayah regional Asia Pasific dan Asia Australia (ACPT & AWP)  IFI berperan aktif dalam pertemuan ilmiah secara berkala  dan sebagai penyelenggara ACPT Meeting pada  tahun 2010.

Fisioterapi Indonesia proaktif dalam pengabdian masyarakat pada deteksi dini kecacatan anak, dan  terutama pada saat rehabilitasi pasien setelah bencana, seperti bencana Gempa Yogyakarta, Tsunami di Aceh,  dan Padang -Sumatra.

Sebagai wujud tanggung jawab profesi dan peran sertanya dalam mewujudkan Masyarakat Sehat Yang Mandiri dan Berkeadilan  Ikatan Fisioterapi Indonesia sepanjang  perjalanannya bekerja sama dengan pemerintah dan berbagai pihak dalam  melakukan melakukan upaya pengembangan profesi  dengan peningkatan kompetensi, melalui pendidikan, dan pengaturan yang di perlukan.

Sumber: IFI

Peran Fisioterapi dalam Manajemen Bencana

WCPT menyadari bahwa bencana yang disebabkan oleh faktor alam, lingkungan dan teknologi (termasuk faktor biologi, geologi, hidrometeorologi, dan sosionatural) memiliki dampak yang besar dan berkepanjangan bagi masyarakat/warga negara yang mengalami bencana.

WCPT mendorong organisasi anggotanya untuk memfasilitasi kontribusi fisioterapis, sebagai ahli dalam intervensi/tindakan fisioterapi termasuk rehabilitasi, terhadap strategi manajemen dan kesiapsiagaan bencana lokal dan nasional. Fisioterapis diharuskan untuk:
  • Terlibat dalam proses pengembangan kebijakan dan perencanaan yang membantu daerah, negara dan wilayah tempat tinggalnya dalam menghadapi bencana;
  • Terlibat dalam edukasi dan tindakan pencegahan sebelum, selama dan setelah bencana;
  • Memberikan intervensi/penanganan fisioterapi/rehabilitasi pada korban bencana
  • Menjamin korban bencana memiliki akses ke layanan fisioterapi/rehabilitasi untuk mencapai tingkat kesehatan dan fungsional yang optimal.

WCPT mendorong organisasi anggotanya untuk:
  • Bekerja sama dengan pemerintah, organisasi non-pemerintah (LSM), lembaga bantuan dan yang lainnya dalam mengembangkan rencana pencegahan bencana, kesiapsiagaan dan strategi respon, pemberian respon yang terkoordinasi terhadap situasi bencana
  • Memfasilitasi diskusi, berbagi sumber daya dan memberikan bimbingan kepada fisioterapis yang ingin menjadi relawan dalam situasi darurat bencana
  • Mendorong penyelenggara program pendidikan fisioterapi profesi dasar untuk memasukkan manajemen bencana dalam kurikulum pendidikan      

Sumber: WCPT 

Kemandirian Fisioterapi

WCPT meyakini bahwa seorang fisioterapis, sebagai profesi yang mandiri, harus memiliki kebebasan untuk melaksanakan penilaian dan pengambilan keputusan secara profesional, di mana pun ia melakukan praktek fisioterapi, selama hal tersebut masih dalam pengetahuan, kompetensi dan ruang lingkup praktik fisioterapi.

Fisioterapis bekerja sebagai praktisi yang mandiri sekaligus sebaga anggota tim layanan kesehatan, dan patuh terhadap terhadap prinsip-prinsip etika WCPT, kode etik dan best practice di negara tempat ia melakukan praktek fisioterapi. Fisioterapis mampu bertindak sebagai praktisi kontak pertama, dan pasien/klien dapat meminta langsung layanan fisioterapi tanpa harus ada rujukan dari profesi kesehatan lainnya, meliputi promosi kesehatan, pencegahan, pemeriksaan/penilaian, evaluasi, intervensi/penanganan dan evaluasi hasil. Tindakan seorang fisioterapis adalah tanggung jawab sendiri, dan keputusan profesional yang ia buat tidak dapat dikontrol atau diganggu gugat oleh yang mempekerjakannya, profesi kesehatan lain atau pihak mana pun.

Selain menjelaskan kemandirian fisioterapis, Deskripsi WCPT tentang fisioterapi menyatakan bahwa prinsip etika mengharuskan fisioterapis untuk menghargai kebebasan pasien/klien atau wali dalam mencari layanan fisioterapi.

 WCPT mendorong organisasi anggotanya untuk mendukung dan mengupayakan:
  • Pemenuhan persyaratan pendidikan profesi dasar fisioterapi yang berpedoman pada persyaratan yang ditetapkan oleh WCPT 
  •  Pengakuan pemerintah dan profesi lain tentang fisioterapi sebagai suatu profesi yang mandiri
  • Pasien / klien memiliki akses langsung ke fisioterapi dan layann fisioterapi yang membolehkan adanya rujukan sendiri dari pasien (self-referall)
  • Pelaksanaan prosedur yang menunjang pengorganisasian fisioterapi secara mandiri dan bertanggung jawab

Di Indonesia, kemandirian profesi fisioterapi diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 80 Tahun 2013

Sumber:   
  1. WCPT
  2. IFI 

Selasa, 11 Maret 2014

Definisi Fisioterapi

WCPT menganjurkan agar profesi fisioterapi bertanggung jawab untuk menjabarkan cakupan praktek profesi dan mendefinisikan peranan fisioterapis. Dalam skala nasional, organisasi fisioterapi nasional bertanggung jawab untuk mendefinisikan fisioterapi dan peran fisioterapis yang relevan dengan kebutuhan pelayanan kesehatan negara nya dan harus disesuaikan dengan pedoman internasional yang telah disepakati dan ditetapkan oleh WCPT. Organisasi fisioterapi nasional bertanggung jawab untuk mencari dukungan undang-undang/peraturan/pengakuan yang menegaskan ciri khas dan kemandirian praktek fisioterapi, termasuk ruang lingkup praktek yang ditetapkan.

Ruang lingkup praktek fisioterapi bersifat dinamis dan responsif terhadap kebutuhan pasien / klien dan masyarakat akan kesehatan. Dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan kemajuan teknologi saat ini, peninjauan berkala diperlukan untuk memastikan ruang lingkup praktek fisioterapi berdasar pada evidence base terbaru dan senantiasa disesuaikan dengan tuntutan kebutuhan kesehatan saat ini. Penelitian terus memberikan bukti baru mengenai ke arah mana praktek fisioterapi dikembangkan di masa yang akan datang. Tidak ada yang lebih nyata dalam hal ini untuk dijadikan sebagai landasan melainkan pemahaman kita tentang gerakan manusia yang sangat penting bagi pengetahuan dan skill fisioterapis.

APA ITU FISIOTERAPI?

Fisioterapi memberikan layanan kepada individu dan masyarakat untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan kemampuan fungsional dan gerak maksimal sepanjang kehidupan. Hal tersebut termasuk menyediakan layanan pada kondisi dimana gerak dan fungsi gerak terancam oleh faktor penuaan, cedera, kesakitan, penyakit, kelainan, atau kondisi lingkungan. Gerakan fungsional merupakan hal penting untuk bisa dikatakan sehat.

Fisioterapi berfokus pada mengidentifikasi dan memaksimalkan kualitas hidup dan potensi gerak individu dalam lingkup promosi, pencegahan, penanganan/intervensi, habilitasi dan rehabilitasi. Hal tersebut meliputi kesehatan fisik, psikologis, emosional, dan sosial. Fisioterapi melibatkan interaksi antara fisioterapis, pasien/klien, profesi kesehatan lainnya, keluarga pasien/klien, pengasuh dan masyarakat dalam proses dimana potensi gerak diperiksa dan tujuan disepakati, dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan khusus fisioterapis.

Fisioterapis yang handal dan profesional diharuskan untuk: 
  • Melakukan pemeriksaan/penilaian yang komprehensif pada pasien / klien atau sekelompok klien
  • Mengevaluasi hasil yang ditemukan dalam pemeriksaan/penilaian untuk membuat keputusan klinis mengenai pasien / klien
  • Merumuskan diagnosis, prognosis dan rencana tindakan
  • Memberikan konsultasi sesuai keahliannya dan menentukan kapan pasien/klien perlu dirujuk ke profesi kesehatan lain
  • Menerapkan program intervensi/penanganan fisioterapi 
  • Menentukan hasil setiap intervensi / penanganan 
  • Membuat rekomendasi untuk manajemen diri 
Pengetahuan fisioterapis yang luas mengenai tubuh manusia dan kebutuhannya akan gerak dan potensi gerak merupakan hal pokok dalam menentukan strategi diagnosa dan intervensi. Pengaturan praktik bervariasi sesuai dengan fokus/tujuan fisioterapi: promosi kesehatan, pencegahan, penanganan/intervensi, habilitasi atau rehabilitasi.
Ruang lingkup praktek fisioterapi tidak terbatas pada pelayanan pasien/klien secara langsung, tetapi juga mencakup: 
  • Strategi kesehatan masyarakat
  • Advokasi bagi pasien/klien dan bagi kesehatan
  • Supervisi dan pendelegasian kepada yang lain
  • Memimpin
  • Pengelolaan
  • Pengajaran
  • Penelitian
  • Mengembangkan dan menerapkan kebijakan kesehatan, secara lokal, nasional dan internasional 
Fisioterapis bekerja sebagai praktisi yang mandiri sekaligus sebagai anggota tim layanan kesehatan bersama profesi kesehatan lainnya, serta wajib mematuhi prinsip-prinsip etik yang ditetapkan oleh WCPT. Fisioterapi dapat bertindak sebagai praktisi kontak pertama, dan pasien/klien dapat memperoleh layanan fisioterapi secara langsung tanpa perlu ada rujukan dari profesi kesehatan lainnya.
Pendidikan dan praktek klinis fisioterapis bervariasi sesuai dengan kondisi sosial, ekonomi, budaya dan politik tempat pendidikan dan praktek klinis diselenggarakan. Walaupun demikian, fisioterapi merupakan satu kesatuan profesi, dan kualifikasi profesi fisioterapi pertama yang diperoleh di setiap negara, menunjukkan bahwa seseorang telah menyelesaikann satuan kurikulum pendidikan fisioterapi yang memberinya hak untuk menggunakan gelar profesi fisioterapi dan melakukan praktek fisioterapi sebagai suatu profesi yang mandiri.
Dimana fisioterapi melakukan praktek?
Fisioterapi adalah bagian penting dari sistem pelayanan kesehatan dan pelayanan masyarakat/kesejahteraan. Fisioterapis melakukan praktek secara mandiri terlepas dari penyedia layanan kesehatan lainnya dan juga dalam program rehabilitasi/habilitasi interdisiplin yang bertujuan untuk mencegah gangguan gerak atau mempertahankan/mengembalikan kualitas hidup dan fungsi gerak yang optimal pada individu yang mengalami gangguan gerak. Fisioterapis dapat melakukan praktek di berbagai tempat.
Fisioterapis berpedoman pada kode etis sendiri. Dengan demikian, fisioterapi dapat memiliki salah satu tujuan berikut:
  • Meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan individu dan masyarakat dengan menekankan pentingnya melakukan aktivitas fisik dan olahraga secara rutin  
  • Mencegah kelemahan, keterbatasan aktivitas, keterbatasan partisipasi dan disabilitas pada individu yang berisiko mengalami perubahan pola gerak karena faktor kesehatan, stres sosial ekonomi, faktor lingkungan dan faktor gaya hidup
  • Memberikan intervensi/penanganan untuk mengembalikan integritas sistem tubuh yang penting untuk bergerak, memaksimalkan fungsi dan memulihkan kesehatan, meminimalkan ketidakmampuan, dan meningkatkan kualitas hidup, kehidupan yang mandiri dan kemampuan kerja pada individu dan kelompok yang mengalami perubahan pola gerak akibat kelemahan, keterbatasan aktivitas, keterbatasan partisipasi dan disabilitas
  • menyesuaikan akses lingkungan, rumah dan lingkungan kerja serta meminimalisir hambatan untuk menjamin partisipasi penuh seseorang dalam menjalankan peran sosial nya sebagaimana biasa sesuai yang diharapkan.       
Apa ciri khas fisioterapi?
Asumsi berikut terkandung dalam uraian ini dan mencerminkan perhatian utama fisioterapi.
  • Gerakan merupakan unsur penting kesehatan dan kesejahteraan serta bergantung pada fungsi tubuh manusia yang terkoordinasi dan terintegrasi dalam beberapa tingkatan. Gerakan memiliki tujuan dan dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Fisioterapi diarahkan pada potensi gerak dan kebutuhan akan gerak pada individu dan masyarakat.
  • Individu memiliki kapasitas untuk berubah sebagai hasil tanggapan terhadap faktor fisik, psikologis, sosial dan lingkungan. Tubuh, pikiran dan jiwa berkontribusi terhadap pandangan individu terhadap diri sendiri dan memungkinkan nya untuk mengembangkan kesadaran akan kebutuhan gerak dan tujuan melakukan gerakan. Prinsip etis mengharuskan fisioterapis menyadari kebebasan pasien/klien atau wali dalam mencari layanan fisioterapi.
  • Fisioterapis dapat mengarahkan intervensi nya pada kelompok masyarakat tertentu. Kelompok masyarakat tersebut dapat berupa bangsa, negara dan wilayah, daerah, kelompok minoritas atau kelompok tertentu lainnya (misalnya program skrining skoliosis pada anak sekolah dan program pencegahan jatuh bagi lansia)
  • Merupakan bagian yang tak terpisahkan dari fisioterapi adalah interaksi antara fisioterapis dengan pasien/klien/keluarga atau pengasuh pasien/klien untuk membangun kesepahaman bersama. Interaksi ini sangat perlu demi mengubah kesadaran tubuh dan pola gerak ke arah yang positif, sehingga dapat meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan. Anggota tim interdisiplin juga perlu berinteraksi satu sama lain dan dengan pasien/klien/keluarga dan pengasuh pasien/klien untuk menentukan kebutuhan dan merumuskan tujuan intervens/penanganan fisioterapi. Fisioterapis juga berinteraksi dengan administrasi dan struktur tata kelola untuk menginformasikan, mengembangkan dan/atau menerapkan kebijakan dan strategi kesehatan yang tepat.
  • Praktisi profesi yang mandiri dipersiapkan melalui pendidikan profesi fisioterapi dasar. Fisioterapis menggunakan pertimbangan profesi untuk mencapai diagnosa yang akan mengarahkan pada intervensi/tindakan fisioterapi, habilitasi dan rehabilitasi bagi pasien/klien/masyarakat.
  • Diagnosa fisioterapi adalah hasil dari suatu proses penalaran klinis yang menghasilkan identifikasi terhadap kelemahan, keterbatasan aktivitas, keterbatasan partisipasi, pengaruh lingkungan atau kemampuan/disabilitas yang ada atau yang berpotensi. Tujuan diagnosa adalah untuk mengarahkan fisioterapis dalam menentukan prognosa dan strategi intervensi/penanganan yang paling tepat bagi pasien/klien serta memberikan informasi pada pasien/klien mengenai keluhannya. Dalam melaksanakan proses diagnosis, fisioterapi mungkin memerlukan informasi tambahan dari profesi kesehatan lainnya. Jika proses diagnosis menemukan hasil diluar cakupan pengetahuan, pengalaman atau keahlian fisioterapis, maka fisioterapis akan merujuk pasien/klien ke praktisi kesehatan lain yang sesuai.
Prinsip-prinsip yang mendukung deskripsi fisioterapi
WCPT telah mengembangkan deskripsi fisioterapi internasional ini berdasarkan pada prinsip-prinsip berikut, yang mendorong organisasi anggota untuk menggunakannya dalam mendefinisikan ruang lingkup praktek fisioterapi secara nasional.
  
WCPT menganjurkan agar deskripsi tersebut harus:
  • Mengetahui dan menghormati sejarah dan akar profesi
  • Dibangun berdasarkan pada realitas praktik kontemporer dan pertumbuhan lembaga penelitian
  • Membolehkan adanya variasi dalam: budaya, nilai-nilai dan keyakinan, kebutuhan masyarakat akan kesehatan; struktur sistem kesehatan di seluruh dunia 
  • Menggunakan istilah yang dipahami secara luas dan terdefinisikan secara adekuat 
  • Mengetahui model dan definisi yang diterima secara internasional (misalnya definisi sehat menurut WHO, ICF WHO)
  • Menyediakan ruang bagi pertumbuhan dan pengembangan profesi ke depan dan untuk mengidentifikasi kontribusi unik fisioterapi  
  • Memahami pentingnya ilmu dan pengetahuan sains tentang gerak dalam kurikulum fisioterapi pada semua jenjang pendidikan.
  • Sebisa mungkin menekankan pentingnya praktek yang berbasis bukti
  • Mengapresiasi saling ketergantungan antara praktek, penelitian dan pendidikan dalam profesi fisioterapi
  • Memahami perlunya meninjau deskripsi tersebut secara terus menerus sebagai perubahan profesi dalam menanggapi kebutuhan masyarakat akan kesehatan dan pengembangan ilmu pengetahuan fisioterapi
  • Mengantisipasi pekerjaan yang akan lahir dari deskripsi ini sebagaimana digunakan untuk membantu pengembangan kurikulum dan identifikasi area penelitian
 
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka IFI merumuskan pengertian fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditujukan kepada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang daur kehidupan dengan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi, komunikasi. 
 
Sekian. Semoga Bermanfaat
Sumber:  
  1. WCPT
  2. IFI 
          

Senin, 10 Maret 2014

World Confederation for Physical Therapy (WCPT)

WCPT, yang dibentuk pada tahun 1951, merupakan organisasi internasional tunggal fisioterapi, yang mewakili lebih dari 350.000 fisioterapis di seluruh dunia melalui 106 organisasi anggotanya. Konfederasi ini merupakan organisasi non-profit dan terdaftar sebagai organisasi amal di Inggris.

WCPT meyakini bahwa setiap orang berhak memperoleh pelayanan kesehatan dengan standar setinggi mungkin sesuai budaya nya yang diberikan dalam suasana kepercayaan dan penghargaan terhadap harga diri nya sebagai manusia, dan didukung oleh bukti ilmiah penjelasan klinis yang disampaikan secara lisan. WCPT berkomitmen untuk memajukan profesi fisioterapi dan meningkatkan kesehatan global melalui:
  • Mendorong terselenggaranya praktek, pendidikan, dan penelitian fisioterapi yang berstandar tinggi 
  • Mendukung terciptanya pertukaran informasi antar wilayah dan organisasi anggota WCPT 
  • Bekerja sama dengan organisasi-organisasi nasional dan internasional

 Sejarah

Pada tahun 1951, WCPT baru memiliki 11 anggota organisasi pendiri, yaitu Australia, Kanada, Denmark, Finlandia, Britania Raya, Selandia Baru, Norwegia, Afrika Selatan, Jerman Barat, Swedia, dan Amerika Serikat.

Kongres internasional pertama dan Rapat Umum Kedua diadakan di London pada tahun 1953, di mana saat itu komite eksekutif pertama terpilih.

Selama dekade pertama, keanggotaan meningkat menjadi 16 organisasi, meskipun WCPT tidak punya penghasilan tetap dan bergantung pada sumbangan sukarela dari organisasi anggota dan sumbangan berkala dari badan-badan internasional lainnya. Pada tahun 1961, WCPT memiliki penghasilan per kapita per tahun, kantor sendiri di London dan Sekretaris Jenderal.

WCPT memperkuat posisinya di kancah internasional dengan memperoleh status konsultatif dari PBB dan hubungan resmi dengan WHO. WCPT juga membangun kerja sama dengan lembaga sukarela internasional  seperti Rehabilitation International, World Medical Association, dan badan PBB seperti UNICEF.

Pada tahun 1991, WCPT membentuk lima wilayah bagian dengan komite regional tersendiri untuk meningkatkan komunikasi antar organisasi anggota pada wilayah yang sama dengan pandangan sosial ekonomi budaya yang serupa.

Sepanjang sejarahnya, WCPT telah mengembangkan statement, di antaranya kurikulum pendidikan, untuk mendukung pengembangan profesi. Pada rapat umum tahun 1995, serangkaian deklarasi statement prinsip dan posisi mulai diterapkan untuk pertama kalinya, menyediakan pedoman kebijakan dasar tentang praktek, pendidikan dan penelitian bagi organisasi anggota nya. Dokumen kebijakan baru mulai diterapkan di setiap rapat umum sejak saat itu, di antaanya deskripsi fisioterapi, standar praktik dan pedoman untuk pendidikan profesi fisioterapi tingkat pemula.

Awal milenium baru WCPT merayakan hari jadinya yang ke 50 dengan mengadakan pertemuan organisasi anggota untuk membahas tentang evidence based practice (praktik berbasis bukti). Pertemuan tersebut menitikberatkan pada bagaimana WCPT dan profesi fisioterapi di tahun-tahun mendatang. Internet telah dikembangkan sebagai cara utama WCPT menjalin komunikasi dengan organisasi anggotanya, memberikan potensi baru bagi fisioterapis di seluruh dunia dalam berbagi informasi dan berbagi keahlian. Keanggotaan WCPT telah berkembang dengan pesat, dengan total 106 anggota pada tahun 2011 dan 12 kelompok afiliasi spesialis.

WCPT telah mengadakan 15 kongres internasional sejak dibentuk, yang diadakan setiap 4 tahun sekali.

Hari Fisioterapi Dunia yang ditetapkan oleh WCPT pada tahun 1996, telah menjadi semakin populer dan berpengaruh. Setiap tahunnya organisasi fisioterapi di seluruh dunia menyelenggarakan kampanye dan kegiatan untuk merayakannya dan mempublikasikan peranan fisioterapis.

Sumber: WCPT